Review: A Cat In My Eyes karya Fahd Djibran



Judul : A Cat In My Eyes
Penulis : Fahd Djibran
Editor : Gita Romadhona
Proofreader : Alit Tisna Palupi
Penata Letak : Landi A. Handwiko
Desain Sampul : Dwi Anissa Anindhika
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2008 (Cetakan Kedua, 2013)
Tebal : 190 hakaman
ISBN : 978-979-780-622-4




Sebelumnya, aku ingin memulainya dengan sebuah pertanyaan sederhana: jika kau melihat orang gila di pinggir jalan-kumal, kotor, bau, tak wajar, tak seperti kita, bagaimana orang itu berpersepsi atas dirimu? Adakah ia tahu kalau dirinya gila, sementara kau tidak. Atau, jika dia justru berpersepsi bahwa dirinyalah yang waras sementara kau gila, siapakah sesungguhnya orang gilanya? Kau atau dia?  (Skizofrenia, hlm 118)


 ********* 

"Karena bertanya tak membuatmu berdosa."
Tagline inilah yang menarik hati saya untuk membeli buku ini-setelah diskon- hehee... Buku ini merupakan kumpulan sketsa, prosa, dan cerita yang menyimpan segudang rahasia yang patut dipertanyakan. Rahasia tentang Tuhan, hidup, dan cinta yang tidak pernah lagi kita pertanyakan sejak kita beranjak dewasa. Kita terlalu sibuk menjalani kehidupan yang fana, sibuk dengan pikiran dan khayalan kita sendiri, bahkan mungkin kita sendiri tidak sadar apakah kita hidup di dunia nyata atau hanya dunia khayalan kita saja.

Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk melihat hal-hal sepele yang lazim kita temui, lalu meninjau dan mengembangkannya menjadi persoalan yang lebih rumit. Persoalan yang melahirkankan pertanyaaan-pertanyaan yang tidak pernah terbesit di pikiran kita sebelumnya, yang kemudian menghasilkan jawaban-jawaban yang justru melahirkan banyak pertanyaan baru. Membingungkan, ya?! Ya. Buku ini memaksa saya untuk berpikir, membuat saya pusing, dan gila.

Salah satu judul favorit saya dalam buku ini adalah Skizofrenia. Menurut saya, cerita di dalamnya benar-benar mewakili kehidupan kita saat ini, sebuah gambaran kecil tentang fenomena-fenomena yang semakin marak terjadi. Fenomena kemunafikan manusia: tak bisa dibedakan lagi sebuah kebaikan dan kejahatan, kejujuran dan kebohongan yang sebenarnya, semakin tidak jelasnya perbedaan antara yang tulus dan modus, serta tidak jelas lagi siapa yang waras dan siapa yang gila.

Saya rasa buku ini memang pantas diberi label sastra. Karena dalam buku ini penulis menggunakan gaya bahasa yang lugas, tapi kadang juga rumit. Kalimatnya mengandung makna tersurat, tapi kadang juga tersirat. Ditambah lagi dengan alur dan penempatan cerita yang tidak beraturan, walaupun ada juga beberapa cerita yang saling berhubungan. Nah, untuk yang satu ini saya sendiri juga bingung, ini merupakan kekurangan atau justru sebuah keunikan dari buku ini. Entahlah... Meskipun demikian, secara keseluruhan saya menikmati setiap cerita yang disuguhkan oleh penulis. Jadi, bisa dibilang buku sastra ini merupakan buku yang "ringan-ringan, berat".

Bagi mereka yang tidak menyukai hal-hal yang menyangkut filosofi, mungkin buku ini akan terasa berat. Apalagi, sesekali penulis menggunakan diksi yang terasa asing bagi pembaca. Tetapi bagi mereka yang selalu berpikir dan bertanya tentang kehidupan, terutama bagi mereka para penikmat sastra, buku ini akan cocok sekali. Selamat membaca, dan bertanyalah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye