Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Judul: Blue Heaven
Penulis: Mahir Pradana
Penerbit: Rak Buku
Tahun terbit: 2014
Tebal: 202 halaman
ISBN: 9786027114012










Novel ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga Arizki sepeninggal sang ayah, Rianto Arizki, setelah karier politiknya mendadak dihentikan.
Riyaz, anak sulung yang mengejar cita-citanya sampai ke Inggris. Tapi, pada akhirnya ia memilih kembali ke Indonesia demi menuntaskan dendam.
Raisa, putri satu-satunya yang justru menambatkan hati pada lelaki yang memiliki hubungan darah dengan orang yang telah menghancurkan keluarga Arizki.
Rafi, memiliki kepribadian yang paling berbeda dibanding ketiga saudaranya. Ia tergabung dalam sebuah gerakan bawah tanah yang aksi-aksinya membahayakan nyawa.
Rayden, anak bungsu yang mengalami krisis kepercayaan diri. Tapi, ia juga punya keahlian yang tidak dimiliki ketiga kakaknya.

Kota tempat tinggal mereka sedang dipenuhi oleh baliho bergambar wajah para kandidat kepala daerah. Di samping itu, warga juga tengah diresahkan oleh bom yang belakangan meneror mereka. Tanpa disengaja, keempat anak dari keluarga Arizki itu terlibat didalamnya.

*********

Ini adalah kali ketiga saya membaca karya Mahir Pradana. Sebenarnya, Blue Heaven punya premis yang sangat menarik. Tema keluarga dan persaudaraan memang bukan hal baru, tapi penulis mengemasnya dengan isu-isu yang sedang bergulir di negeri kita beberapa tahun terakhir.

Di sini lebih banyak menggunakan alur mundur, menceritakan perjalanan karier dan percintaan keempat anak Arizki. Beberapa bagian berhasil membuat saya terkesan dengan hubungan kekerabatan di antara mereka. Apalagi, momen menjelang akhir cerita terasa mengharukan. Bukan hanya bicara tentang saling peduli, tapi juga perasaan lainnya; saling iri dan kesal. Bagi saya, isi surat Raisa itu juga cukup mengejutkan dan mampu membangkitkan emosi.

Sepertinya penulis ingin memberikan porsi yang seimbang untuk empat tokoh sentral tersebut, tapi sayang, 202 halaman terlalu tipis untuk menggali masing-masing karakter secara mendalam. Memang tidak ada yang diperlakukan sebagai pelengkap, tapi juga tidak ada tokoh yang benar-benar istimewa. Novel ini pun belum bisa memuaskan dahaga saya atas isu politik yang di awal terlihat menjanjikan. Bahkan, terdapat konflik yang penyelesaiannya terkesan mudah. Sementara itu, unsur percintaannya justru terlalu banyak.

Kesimpulannya, Blue Heaven menyuguhkan ide yang menarik, berbeda dari novel pada umumnya, tapi kurang maksimal dalam eksekusi. Percayalah, saya masih sanggup dan akan dengan senang hati membaca sekitar 200 halaman lagi untuk mengetahui kisah keluarga Arizki secara utuh beserta karut-marut politik yang melingkupinya. Atau, ehem... mungkin novel ini bisa dibuatkan sekuelnya, karena masih banyak yang bisa digali lagi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye