Review: Menuju(h)

Penulis ; Aan Syafrani, Theoresia Rumthe, Irul Irawan, Valiant Budi, Mahir Pradana, Sundea, Maradilla Syachridar.
Editor : Alit Tisna Palupi
Proofreader : Christian Simamora, Gita Romadhona
Penata letak : Nopianto Ricaesar
Desainer sampul : Jeffri Fernando
Ilustrasi isi : Lala Bohang
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2012
Tebal : 250 halaman
ISBN : 978-979-780-591-3




Tujuh Kawan Setia
Yang sepanjang waktu bersetia kepada kita ternyata ada tujuh. Tujuh hari dalam seminggu. Tujuh hari yang mencukupkan hingga tak merasa perlu khawatir satu pun meninggalkan kita.

Waktu adalah sesuatu yang anomali. Kawan paling akrab sekaligus lawan paling mematikan. Tak pernah sedetik pun meninggalkan kita, tak juga berkhianat, apalagi menyelingkuhi kita dengan tak bersetia pada rotasinya. Ini menariknya waktu, tak kasat, tetapi terasa melesat. Ilusif tetapi nyata.

Menuju(h) seperti suara hari-hari yang bercerita. Tentang bagaimana ia menyertai kita. Menyaksikan tiap kisah kita dalam diam. Menjadi teman baik yang tak mengeluh, padahal kitanya kerap tak acuh. (Windy Ariestanty)

*********

Menuju(h) berisi tujuh cerita tentang tujuh hari dari tujuh penulis dengan tujuh tema yang berbeda. Masing-masing penulis memiliki jatah untuk menyajikan dua cerita yang saling berkaitan dalam buku ini. Dan menurut saya, pemilihan cerita yang pertama dari setiap penulis sangatlah tepat. Karena itu yang menuntun pembaca untuk memutuskan melanjutkan membaca ceritanya atau tidak. 

Cerita favorit saya dalam buku ini adalah "Hari ketika hujan mati" dan "Sebelum hari ketika hujan mati" karya Theoresia Rumthe. Saya menyukai ceritanya karena penulis mengangkat tema tentang skizofrenia. Entah kenapa akhir-akhir ini saya tertarik dengan cerita yang berhubungan dengan skizofrenia. Dan satu lagi cerita favorit saya yaitu "Kamis: puk-puk" dan "Simak! Kup! Kup!" karya Valiant Budi. Selain karena judul yang unik-judul pertama dan kedua hanya dibalik-, tema yang diangkat pun unik. Yaitu tentang modus penipuan yang sedang marak terjadi kala itu.

Sebenarnya saya juga suka dengan cerita "Follow Friday" karya Mahir Pradana, tapi sayang pada cerita ke dua tidak ada kaitannya sama sekali dengan Follow Friday.

Dari segi cerita sebenarnya kurang sesuai dengan judul dan sinopsisnya karena tidak berhubungan dengan hari, bahkan yang sesuai dengan judul buku ini hanyalah cerita tentang Sabtu karya Sundea. Menurut saya, buku ini lebih menceritakan tentang peristiwa dan kebiasaan yang kebetulan terjadi dan dilakukan di satu hari tertentu.

Untuk cover, sesuai dengan tema buku ini yaitu hari. Cover buku ini betul-betul menggambarkan suasana langit di siang hari dan juga malam hari. Ditambah dengan gambar ilustrasi yang sangat menarik pada setiap cerita. Dua jempol untuk Lala Bohang atas karyanya yang memberikan nilai plus pada buku ini.

Ilustrasi Isi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye