Review: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu karya Tere Liye


Judul : Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Desain Cover : Eja-creative14
Terbit : Februari 2009 (Cetakan XXVII, Juni 2016)
Tebal ; 426 halaman
ISBN : 978-979-1102-46-9







Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut-marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima Pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?

Yah, novel ini membahas beberapa pertanyaan yang kemudian melahirkan banyak pertanyaan bagi saya. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang secara utuh. Sejak ia baru berumur enam belas tahun hingga sampai di penghujung usianya ia berkesempatan mendapat jawaban dari lima pertanyaan besar yang selama ini mengganggu pikirannya.

Rinai, seorang gadis kecil yang tidak beruntung duduk di ayunan tua di depan panti asuhan. Malam itu, di tengah suka cita menyambut Hari Raya Idul Fitri, Rinai justru bersedih, sibuk mencari muka-Nya, ingin bertanya secara langsung tentang ayah bundanya.

Rehan, seorang remaja tanggung berumur enam belas tahun yang sama tidak beruntungnya dengan Rinai, di malam menyambut Hari Raya Idul Fitri, menyeringai mendesiskan kebencian pada penjaga Panti sok suci setelah menerima lima kali pecutan rotan. Rehan pun mulai bertanya menyesali, mengutuk langit, mengapa ia harus dikirim ke Panti itu.

Ray, pasien berumur enam puluh tahun sedang terbaring di rumah sakit, terkapar karena berbagai komplikasi penyakit yang dideritanya. Namun tiba-tiba ia menyadari dirinya sedang berada di terminal, duduk bersama dengan seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya. Sosok dengan wajah menyenangkan, mengajak Ray melakukan perjalanan mengenang masa lalunya. Sosok itu memberikan Ray kesempatan untuk mengajukan lima pertanyaan, dan ia akan menjawabnya.

Pada bab-bab awal saya bingung dengan kehadiran tiga tokoh di atas yang tidak dijelaskan secara detail. Tapi justru itulah tujuan dari novel ini, dengan terus membaca lembar-lembar berikutnya maka kita akan menemukan jawabannya. 

Perjalanan Rehan dimulai saat ia memutuskan untuk kabur dari Panti terkutuk itu dengan mencuri uang milik penjaga Panti yang sok suci. Dan saat itulah ia menemukan potongan koran yang sedikit membuka teka-teki masa lalunya. Rehan hidup sebagai anak jalanan, bebas seperti yang diinginkannya selama ini. Ia menjalani kehidupan yang gelap, mencuri, berjudi, mabuk. Hingga karena beberapa kejadian yang dia alami, akhirnya ia pindah ke sebuah Rumah Singgah. Di tempat baru itu ia mendapatkan teman baru, keluarga baru, harapan baru, di sana hari-harinya begitu menyenangkan. Namun tiba-tiba kebahagiaan Rehan hancur, membuatnya kembali mengutuk langit.

Rehan memutuskan untuk pergi, memilih untuk menyewa sepetak kamar sempit dekat bantaran kali. Dan di sinilah potongan koran yang selalu dibawanya pun membawanya bertemu dengan orang-orang dan kejadian yang berkesinambungan dengan masa lalunya. Sejak itu pula sebenarnya Rehan telah mendapatkan keadilan atas segala penderitaannya selama ini, namun Rehan tidak pernah mengetahuinya.

Tere Liye mengemas cerita dengan apik, memberikan pemahaman bahwa hidup yang kita pikir rumit ini ternyata sangat sederhana. Menyadarkan kita bahwa semua yang terjadi itu karena adanya sebuah "sebab-akibat". Hal sekecil Apapun yang kita lakukan akan berpengaruh bagi diri kita sendiri dan juga orang lain, mengakibatkan berbagai macam kejadian yang tidak terduga. Yang perlu kita lalukan hanyalah berbuat baik, maka akan mengakibatkan kebaikan juga.

Selama membaca pun saya ikut mencoba mengaitkan setiap kejadian yang diceritakan penulis. Namun, saya juga sempat merasa malas membaca bagian di saat Rehan merasakan kekosongan dalam hidupnya, saat itu pun saya merasa kosong dan bosan dengan jalan ceritanya. Tapi, ketika sosok dengan wajah menyenangkan itu mulai mengungkapkan kembali rahasia masa lalu Rehan, saya pun kembali bersemangat untuk membaca.

Yang paling membuat saya penasaran adalah sosok Rinai yang hilang begitu saja. Hampir setiap memasuki bab baru, saya berusaha mengaitkan setiap peristiwanya dengan Rinai, tapi tebakan saya selalu salah. Hingga di penghujung cerita, setelah semua pertanyaan Rehan terjawab, novel ini pun tetap meninggalkan pertanyaan tentang Rinai.

Siapakah Rinai, Rehan, dan sosok dengan wajah menyenangkan itu? Apa hubungan antara satu dan yang lainnya? Apa saja lima pertanyaan besar dalam hidup Rehan? Novel ini yang akan menjawabnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye