Review: Versus karya Robin Wijaya

Judul : Versus
Penulis : Robin Wijaya
Editor : Mita M. Supardi
Proofreader : Jia Effendi
Penata letak : Gita Ramayudha
Konsep ilustrasi cover : Robin Wijaya
Desain dan ilustrasi cover : Yustina Intan Wulandari
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2013
Tebal : 400 halaman
ISBN : 978-979-780-670-5




Novel ini bercerita tentang kilas balik perjalanan tiga sekawan dengan latar belakang dan karakter yang berbeda. Kesetiakawanan membuat persahabatan mereka begitu indah. Namun, dibalik itu, mereka sama-sama memiliki nasib yang kurang menyenangkan, meski dalam konflik yang berbeda. Mereka lahir dan besar dari keluarga yang kurang sempurna. Mereka harus bertahan di tengah-tengah dinginnya keluarga yang tidak pernah menganggap keberadaan mereka.

Amri, lelaki melankolis yang dibesarkan oleh seorang ayah yang beprofesi sebagai polisi. Didikan ayahnya yang tegas dan keras justru membentuknya menjadi anak yang pemberontak. Di mata ayahnya, semua yang ia lakukan tidak pernah baik, selalu salah. Amri selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya, Danu, yang penurut dan tidak pernah membantah. Meskipun begitu, dia tidak pernah membenci Danu. Dia justru sangat menyayangi adiknya tersebut.

Chandra, lelaki penakut bermata sipit, dia tidak pernah punya nyali untuk berkelahi. Dia selalu menyesali takdirnya yang harus terlahir dari keturunan Tionghoa. Sejak kecil dia sudah menghadapi buliying, baik di lingkungan kampungnya ataupun di sekolah karena statusnya sebagai kaum minoritas. Di dalam rumah pun semua anggota keluarganya sibuk dengan urusan masing-masing, terutama orangtuanya, mereka selalu sibuk mengurus dan membicarakan perkembangan tokonya.

Bima, preman kampung yang tidak pernah takut pada apapun dan siapapun. Dia selalu merasa bahwa dia bisa hidup dan menghidupi dirinya sendiri. Bima besar dari keluarga yang broken home. Setelah kedua orangtuanya berpisah dan memiliki keluarga baru, dia pun merasa posisinya sebagai anak sudah tidak lagi dianggap. Pada akhirnya Bima memutuskan untuk pergi dan hanya hidup berdua saja dengan kakaknya yang abnormal, Arya. 

Mereka bertiga tinggal di Kampung Bayah, salah satu kampung di kawasan Johar Baru. Hanya terpisah oleh bentangan jalan raya, di sana terdapat Kampung Anyar. Sejak dulu kedua kampung tersebut selalu berselisih, apapun bisa jadi pemicunya. Perkelahian atar pemuda sering terjadi. Amri, Chandra, dan Bima pun beberapa kali terlibat di dalamnya. Saat itu situasi semakin rumit dengan adanya toko orangtua Chandra yang terletak di Kampung Anyar dan beberapa karyawannya pun berasal dari kampung tersebut. Ditambah lagi kedekatan Amri dengan Nuri, salah satu kembang desa kampung tersebut.



*********

Saya rasa "Versus" yang berarti perlawanan, memang satu kata yang pas untuk mengambarkan setiap untaian kisah dalam novel ini. Bukan hanya bercerita tentang perlawanan tak berujung antara Kampung Anyar dan Kampung Bayah, tapi lebih dari itu. Bukan hanya perlawanan pada musuh yang nyata, tapi juga musuh tak kasatmata, yaitu perlawanan terhadap diri sendiri, terhadap nasib dan keadaan, serta perlawanan terhadap orang-orang terdekat yang seharusnya tidak pernah menjadi musuh.

Sebenarnya diantara ketiga tokoh, Amri yang memiliki konflik paling biasa. Tapi di sini emosi, Amri justru terasa paling kuat. Saya bisa merasakan kebencian dan kemarahan Amri kepada ayahnya. Di siai lain, saya pun bisa merasakan tulus dan besarnya kasih sayang Amri kepada Danu.
Dan Bima, menurut saya dialah yang memiliki konflik paling rumit. Bima seperti berdiri sendiri, betul-betul hidup dalam kesepian. Mungkin keadaan ini yang membentuknya jadi pemberani dan merasa bisa mengatasi sengalanya seorang diri. 

Sementara itu, saya tidak mendapat kesan yang berarti dari kisah Chandra. Konfliknya tidak rumit, tapi juga tidak terlalu datar. Biasa saja.

Saya suka novel ini karena mengangkat tema yang tidak biasa. Di fragmen satu, cerita masih terasa datar. Tapi beberapa kepingan cerita yang tidak djelaskan secara detail mampu menarik pembaca untuk terus mencari jawaban atas rasa penasarannya di fragmen berikutnya. Sayangnya dari tengah sampai akhir cerita-saat saya mulai menemukan nyawa dalam novel ini-saya justru menemukan banyak typo dan kesalahan penempatan nama tokoh. Dan itu jelas sangat mengganggu.


Meskipun begitu, saya tetap bisa menikmati jalan ceritanya. Barangkali novel ini lebih cocok untuk pembaca yang kurang menyukai kisah-kisah romance, ataupun bagi mereka yang haus dengan tema-tema baru yang jarang diangkat oleh penulis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye