Review: You Are Invited Karya Kezia Evi Wiadji


Judul: You Are Invited
Penulis: Kezia Evi Wiadji
Editor: Anin Pratajuangga
Desain kover & ilustrasi: Ni Made Adenari
Penata isi: Lisa Fajar Riana
Penerbit: Grasindo
Terbit: 2014
Tebal: 220 halaman
ISBN: 978-602-251-493-0




Stacy dan John berencana untuk membagikan kartu undangan pada satu bulan sebelum hari H. Mama dan papa Stacy meminta 100 undangan, kemudian mami dan papi John meminta 150 undangan. Sementara itu, Stacy dan John masih kebingungan menentukan siapa saja yang akan mereka undang. Stacy dan John juga berniat mengajak saudara dan teman-teman mereka untuk berlibur sebelum mereka berangkat bulan madu ke Korea.

Di tengah diskusi mereka, tiba-tiba Stacy mengutarakan keinginannya untuk mengundang mantan kekasihnya dan juga mantan kekasih John. Cerita pun berputar ke belakang, ke pertemuan pertama Stacy dan John.

"Terserah kalau kamu mau mengundang mantanmu. Tapi aku nggak mau mengundang mantanku. Aku nggak mau mengorek luka lama." (hal. 7)

Setelah Stacy dan John mendapat kesepakatan, mereka pun mulai menghubungi orang-orang terdekat mereka:

Dina, mantan kekasih John yang menetap di Bali sejak lulus kuliah.;
Ben, mantan kekasih Stacy, sang petualang yang sedang berada di Pekanbaru;
Lyla, sahabat Stacy yang tinggal di Solo;
Sonia, adik kandung John yang tinggal di Bandung bersama orangtuanya;
Edo, sahabat John, dokter muda yang tengah menjalankan tugas di Batam.
James, kakak kandung Stacy yang membuka usaha di Medan.

Mendekati hari pernikahan Stacy dan John, keenam orang tersebut justru tersandung masalah yang cukup rumit. Stacy pun khawatir jika mereka semua tidak bisa ke Jakarta menghadiri pesta pernikahannya.

*********

Sebagaimana yang dikatakan penulis dalam pengantarnya, "You Are Invited" ini merupakan salah satu novel terpilih #PSA2 yang bertema 'Naskah Rasa Indonesia'. Dari tema yang diangkat pun sudah Indonesia. Salah satu acara yang persiapannya paling merepotkan bagi warga Indonesia adalah pesta pernikahan. Tapi, kalau sebagaian besar cerita tentang pernikahan membahas keresehan kedua calon mempelai, di sini Kak Kezia justru lebih banyak mengulik kehidupan para tamu undangan.

"Untuk peristiwa bahagia seperti ini, jika ada seorang anggota keluarga terlewat diundang, maka bisa jadi perang dunia keempat atau kelima pecah seketika." (hal. 3)

Saya rasa buku ini lebih cocok disebut kumpulan cerpen yang saling berkesinambungan. Stacy dan John yang bisa dibilang sebagai tokoh utama, ternyata mendapat porsi cerita yang sama dengan tokoh lainnya. Setiap tokoh memiliki cerita sendiri dengan tema yang sama: Cinta. Namun, dengan konflik yang berbeda-beda. Semuanya diceritakan melalui sudut pandang orang pertama, dan menggunakan alur maju-mundur. 

Sesuai temanya, pembaca diajak untuk menjelajahi tujuh kota di Indonesia yang menjadi latar dalam buku ini. Melihat suasana di masing-masing kota dan mengunjungi tempat-tempat yang menampilkan keindahan alam di kota tersebut.

"Pantulan sinar matahari di air danau layaknya serpihan kaca retak yak bergerak-gerak. Semakin mempercantik Danau Manijau dengan luas hampir 100 km2 yang dikelilingi oleh bukit-bukit yang membentuk dinding." (hal. 54)

Selain itu, penulis juga menyajikan cita rasa kuliner khas dari tujuh kota tersebut. Beberapa penjabaran makanan pun berhasil membuat saya lapar, dan ingin berburu makanan yang telah disebutkan. Salah satunya adalah kuliner khas Solo;

"Kamu harus mencicipi tengkleng. Seperti gulai, tapi kuahnya lebih encer. isinya macem-macem. Tapi biasanya sih tulang muda dan tulang yang isinya bisa diisap-isap. Kadang jeroan juga sih. Cuma makannya ribet. Harus rela tangan kotor." (hal. 93)

Saya paling suka penggambaran kota Solo. Terasa kuat sekali, mulai dari suasanya yang asri, masih dipenuhi pohon-pohon yang berjajar di pinggir jalan, kemudian angkringannya, dan salah satu gunungnya yang menyimpan berbagai keganjilan. Untuk deskripsi tempat dan kuliner pada masing-masing kota memang terasa sekali. Tapi, sayangnya itu tidak diperkuat dengan bahasa yang digunakan di setiap daerah. Semuanya menggunakan bahasa Indonesia, bahkan menggunakan sapaan lo-gue.

Mengenai cerita, di sini penulis banyak mengangkat konflik yang di latar belakangi oleh pergaulan bebas. Mulai dari kecelakaan di luar penikahan sampai terjerat obat-obatan terlarang, kemudian berujung pada penyesalan. Di pertengahan cerita, saya sempat merasa tidak nyaman, tertekan, karena jalan hidup tokohnya yang terasa semakin tragis. Dan, saya paling suka bagian saat salah satu tokoh menjelaskan tentang transformasi Rajawali. Saya baru tahu tentang itu. Dan, itu rasanya cocok sekali ketika dianalogikan dengan seseorang yang tengah menjalani proses rehabilitasi.

Secara keseluruhan, saya menyukai buku yang telah memberikan cita rasa Indonesia ini. Saya akan membaca karya Kak Kezia yang lain, berharap bisa menemukan tema-tema yang lebih unik lagi. Saya juga akan mencari novel-novel lainnya yang terpilih dalam #PSA2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye