Resensi: Gejolak Rasa di 7 Negara

Dimuat di Radar Sampit edisi Minggu 11 Februari 2018


Judul : Travel Mates
Penulis : Vinca Callista
Editor : Dewi Fita
Design : Eko Budi S.
Penerbit : Rak Buku
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal : 278 halaman
ISBN : 978-602-6520-11-1

Pepatah lama mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku bisa menambah wawasan kita tentang segala hal yang ada di dunia, tentang tempat-tempat yang bahkan belum pernah kita kunjungi. Namun, adakalanya sekadar membayangkan sesuatu yang kita baca itu tidak cukup. Kita juga ingin melihat dan merasakannya secara langsung.

Mutja adalah mahasiswi asal Indonesia yang sangat mengidolakan Laurelin Damaris, perempuan Indonesia yang sangat misterius, hidupnya berpindah-pindah ke berbagai negara, lantas menuangkan perjalanannya ke dalam novel serial Underwater Love, dan diterbitkan pertama kali di UK. Mutja berusaha keras agar bisa mendapatkan beasiswa kuliah di London dan travelling di Britania Raya dan Eropa, mengunjungi tujuh tempat yang menjadi latar dari setiap seri novel tersebut.

Ketika kesempatan benar-benar diperoleh, Mutja bertekad untuk menikmati momen penting itu sendiri saja. Ingin menjalin kemesraan antara dirinya dan memori yang indah dari membaca tulisan Laurelin Damaris. (hal. 16) Sayang, sejak awal keberangkatannya, Mutja tak bisa menghindar dari empat mahasiswa lain yang satu kampus dengannya di London. Seseorang yang paling ia benci adalah lelaki arogan bernama Rudra.

Rudra selalu memosisikan dirinya sebagai pemimpin, termasuk ketika berlibur. Ia yang mengatur semuanya, mulai dari menentukan rute perjalanan, memilih penginapan, dan tempat makan. Bahkan Rudra juga mengarahkan pergerakkan mereka. Tiga teman Mutja yang lain seolah tidak keberatan, tapi Mutja benar-benar terganggu dengan sikap Rudra.

Ia tidak bisa leluasa bercengkrama dengan tempat-tempat yang telah menginspirasi Laurelin Damaris. Begitupun dengan Rudra, ia kesal karena gerakan Mutja yang lelet dan sering terpisah dari rombongan.

Beradaptasi dengan orang baru memang tidak mudah. Apalagi jika pada perkenalan pertama sudah menunjukkan kesan tak bersahabat. Tapi tak disangka, Rudra justru menjadi satu-satunya orang yang membersamai perjalanan Mutja ke tujuh negara. Dari satu tempat ke tempat lainnya, mereka saling mengenal dan mulai tertarik. Keduanya bertukar pendapat mengenai Laurelin Damaris dan karya-karya best seller-nya.

Mutja akhirnya tahu kalau Rudra kerap melakukan video call dengan seorang wanita, sembari menulis di sebuah buku. Tapi, Rudra tidak mau terbuka. Ia juga tidak pernah menceritakan alasannya mengunjungi destinasi yang sama dengan Mutja. Kebersamaan Rudra dan Mutja pun tak membuat perjalanan mereka berlangsung tanpa perselisihan. Selalu ada insiden yang memberi jarak di antara keduanya, salah satunya adalah kejenuhan Rudra pada topik pembicaraan Mutja yang tak jauh-jauh dari Laurelin Damaris.

Pada setiap perjalanan, cinta dan benci tidak ada garis pemisahnya. Melingkar, menyatu, dan bergerak saling terkait, menjadi pembangun hubungan yang manusiawi. Meski terkadang sering menyakiti hati, tapi selalu membahagiakan diri yang gemar mencinta dan berintrospeksi diri. (hal. 273)

Jalan cerita dalam novel ini memang lebih fokus pada percintaan, tapi penulis tetap mengangkat isu lain yang tak kalah menarik. Melalui strategi yang dipilih oleh Laurelin Damaris, dan tanggapan teman-teman Mutja saat ia menceritakan novel favoritnya, kita bisa melihat perbedaan minat baca serta karier penulis di Indonesia dan London.

Novel ini memberikan wawasan tentang kehidupan di Eropa, terutama London; tentang perilaku penduduknya dan aturan yang berlaku di sana. Penulis juga memberi gambaran tentang kebiasaan mahasiswa asal Indonesia yang melanjutkan pendidikan di London.

Melalui kisah Travel Mates, kita bisa mengambil pelajaran mengenai pentingnya menghargai teman seperjalanan. Bersama-sama tapi tetap berusaha memahami tujuan dan privasi masing-masing. Tidak asal mengatur dan terus mengawasi orang lain, tapi juga tidak serta-merta bersikap tak acuh. Selain itu, meskipun tujuan utama dari sebuah perjalanan adalah berlibur dan bersenang-senang, kita tetap harus menyusun perencanaan yang efisien bagi waktu dan biaya yang telah dikorbankan.

Adapun kekurangan novel ini adalah tempat-tempat menarik yang dikunjungi Mutja dan Rudra di tujuh negara tidak digambarkan secara detail. Jika ditambahkan ilustrasi pada setiap babnya, barangkali bisa sedikit membantu imajinasi pembaca. Meskipun demikian, perjalanan Mutja dan Rudra tetap menarik untuk diikuti. Apalagi pembaca juga dimanjakan dengan kalimat-kalimat indah dan inspiratif tentang cinta dalam buku catatan Rudra yang dicantumkan di akhir setiap bab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana