Usaha Berdamai dengan Masa Lalu

Dimuat di Radar Sampit edisi Minggu 25 Maret 2018



Judul : Harga Sebuah Percaya

Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing - Republika
Cetakan : Mei, 2017
Tebal : 298 halaman
ISBN : 978-602-9474-12-1

Masa lalu memang kadang membayangi langkah kita, bahkan tak jarang memenjarakan kita di satu tempat. Kita bisa sangat terlena dengan kenangan indah, lupa bahwa masih ada kehidupan yang perlu diupayakan dengan lebih baik. Begitu pun sebaliknya, kenyataan pahit sering kali membuat kita tak berani melangkah dan ingin menyerah. Padahal, masa depan selalu menawarkan harapan-harapan baru.

Dan dalam novel ini, Tere Liye membuka kisahnya dengan meninggalkan jejak kepedihan. Bercerita tentang Jim, seorang yatim-piatu, miskin papa, dan tak berpendidikan yang tinggal di sebuah kota kecil di benua utara. Namun, di balik segala kekuragannya, ia mahir memainkan biola. Karena keahliannya, Jim dikenal oleh seluruh warga kota. Ia selalu diundang ke pesta pernikahan untuk tampil bersama biolanya.

Kisah Jim pun dimulai ketika ia berjumpa dengan wanita bernama Nayla di pesta pernikahan teman dekatnya, Marguiretta, dengan putra bangsawan terpandang dari negeri seberang. Nayla adalah salah satu dari rombongan pihak mempelai pria. Cinta tumbuh begitu cepat di hati Jim dan Nayla, secepat perpisahan yang menjemput keduanya.
    
Apa lagi masalahnya jika bukan perbedaan kasta. Keluarga Nayla menjodohkannya dengan laki-laki yang tentu saja berasal dari kalangan terpandang. Sementara itu, Jim terlalu pengecut; tak mau memperjuangkan cinta mereka dengan membawa Nayla pergi. Akibatnya, Jim harus rela kehilangan Nayla.

"Cinta adalah kata kerja, dan sebagai kata kerja jelas ia membutuhkan tindakan-tindakan, bukan sekadar perasaan-perasaan." (hal. 1)

Setelah semuanya terjadi, barulah Jim menyesali kebodohannya dan berusaha mengakhiri hidupnya. Saat itulah Sang Penandai datang menemuinya. Sang Penandai adalah seorang lelaki tua misterius yang dikenal sebagai penjaga dongeng. Ia memilih orang-orang tertentu untuk mengguratkan dongeng baru, dan Jim menjadi salah satunya.

Sang Penandai berulang kali mengatakan bahwa pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Ia menyarankan Jim untuk ikut bersama Armada Kota Terapung menjelajah Tanah Harapan. Namun, Jim sangat keras kepala. Ia tak memercayai satu pun ucapan Sang Penandai hingga sebuah insiden datang menghimpitnya.

Tanpa pengalaman dan pengetahuan apapun mengenai pelayaran, Jim akhirnya mendaftarkan diri menjadi pelaut, melakukan perjalanan panjang yang tak jelas ujungnya, menuju ke Tanah Harapan, tempat yang tak pernah tergambar di peta dan tak bisa dijelaskan oleh ilmu perbintangan. Bahkan tak ada yang bisa memastikan keselamatan para pelaut. Jim pun hanya tahu satu hal, ia akan mengukir dongengnya.

Sejak saat itu, Jim belajar tentang banyak hal. Ia yang cengeng dan pengecut berubah menjadi sosok yang tangguh dan pemberani. Hal-hal baru yang Jim temukan ternyata mampu mengobati luka hatinya. Namun, berdamai dengan masa lalu memang tidak pernah mudah. Sepanjang perjalanan, Jim berkali-kali dihadapkan pada kematian, dan situasi tersebut justru mengingatkan Jim pada kenangan pahitnya bersama Nayla, membangkitkan kembali rasa sesalnya.

"Banyak sekali orang-orang di dunia ini yang selalu berpura-pura. Berpura-pura menerima tetapi hatinya berdusta. Kita semua harus berlatih susah-payah untuk belajar menerima. Apakah itu sulit? Tidak. Itu mudah. Tetapi memang karena tidak pernah memulainya justru malah terjebak dalam lingkaran penyesalan." (hal. 282)

Seperti karya Tere Liye lainnya, beliau kembali mengajak pembaca untuk belajar merelakan masa lalu, khususnya yang terasa pahit. Bagaimana pun, segala yang ada di masa lalu adalah sesuatu yang sudah tertinggal dan tidak bisa diubah. Tak ada gunanya menyesali dan menyalahkan siapa pun atas segala peristiwa menyakitkan yang pernah kita alami. Kita hanya perlu memaafkan dan menjadikannya sebagai pelajaran, dengan cara melanjutkan kehidupan dan berusaha menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih bermanfaat.

Di sini penulis membalut petualangan Jim dengan unsur fantasi yang membuat jalan cerita semakin berwarna. Berbagai rintangan, seperti para perompak dan cuaca buruk yang menghadang Armada Kota Terapung juga mampu memberikan aroma ketegangan sepanjang cerita. Suasana pelayaran pun disuguhkan dengan sangat apik.

Hanya saja, unsur fantasi dalam novel ini masih terasa tanggung, belum benar-benar membawa pembaca ke alam imajinasi yang liar. Meski demikian, dongeng yang diukir oleh Jim tetap layak untuk disimak, khususnya bagi mereka yang masih terbelenggu oleh masa lalu yang menyakitkan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye