Review: Dream, if... Karya Redy Kuswanto

Judul : Dream, if...
Penulis : Redy Kuswanto
Penerbit   : DIVA Press
Cetakan   : Pertama, November 2017
Tebal : 268 halaman
ISBN : 978-602-391-467-8









Setiap orang pasti memiliki mimpi, dan masa remaja adalah masa yang sangat menggairahkan untuk membangun impian. Namun, pada masa tersebut, seseorang cenderung menilai profesi hanya dari besarnya materi dan popularitas yang bisa dihasilkan. Tak sedikit juga remaja yang memilih jalan pintas untuk memperolehnya, sebagaimana tokoh utama dalam novel ini.

Dream, if... bercerita tentang Mimi Tarmiyah, gadis desa yang sok cantik. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi artis. Alasannya cukup sederhana; ingin terkenal, memiliki banyak uang, hidup mewah, serta memiliki seabrek fan yang memuja-mujanya. (hal. 31)

Mimi sangat mengidolakan Titin Tuminah Hona, penyanyi dari desa yang hidupnya berubah total setelah suara emasnya dikenal oleh banyak orang lewat YouTube. Mimi ingin menjadi (seperti) Titin. Namun, ambisi Mimi tak sebanding dengan kemampuannya. Gadis berusia enam belas tahun itu tak pernah sadar diri. Ia tak punya bakat apapun yang bisa mengangkat eksistensinya di dunia entertainment.

Pada suatu hari, Valdo, lelaki yang mengaku sebagai agen artis, datang menemui Mimi. Valdo mengajak Mimi ke Jakarta, dan berjanji akan membantunya menjadi artis terkenal. Tentu saja, ibu, kekasih, dan sahabat-sahabat Mimi menaruh curiga dan melarangnya pergi ke Jakarta bersama lelaki yang baru dikenalnya itu.

Namun, tekad Mimi sudah bulat. Ia ingin memanfaatkan kesempatan emas itu. Mimi pun berangkat ke Jakarta tanpa seizin ibunya. Sejak saat itulah Mimi harus merasakan kerasnya kehidupan di ibu kota, hingga ia mengerti bahwa tak ada kesuksesan yang instan. Mimpi, kemampuan, dan usaha, haruslah sejalan. Mimi juga sadar, ia terlalu banyak melihat ke atas hingga lupa bersyukur.

Kisah Mimi mengajarkan tentang pentingnya menjadi diri sendiri. Kesuksessan bisa diraih jika kita mampu menggali potensi yang ada lalu mengembangkannya. Dan yang terpenting, restu orang tua adalah kunci utama yang bisa memudahkan jalan kita untuk meraih mimpi. Novel ini sangat menarik, cocok dibaca oleh berbagai kalangan, terutama para remaja yang haus akan ketenaran dan pujian. Di sini, penulis juga sempat membahas perilaku remaja masa kini yang sering latah, mudah sekali meniru hal-hal yang dianggap kekinian.

Secara keseluruhan, novel ini terasa dekat sekali dengan pembaca karena banyak membahas fenomena yang tengah bergulir di sekitar kita. Penulis juga mengurai cerita dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Meskipun terdapat beberapa kesalahan ketik, maksud yang disampaikan masih bisa dipahami dengan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: No Place Like Home

Review: Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye

Review: Blue Heaven Karya Mahir Pradana